Waktu kecil dulu, saya bercita-cita, ingin punya semacam penangkaran kucing kampung terlantar. Kebayangnya, saya bakal punya halaman luaaas, di mana kucing-kucing yang saya pungut bisa hidup bebas di situ. Semua kucing akan dibersihin dan di-vaksin agar sehat. Biar nggak bangkrut, dibatasi 1 kucing melahirkan sekali, terus di-steril *detail loh bayangan saya* xD
Agak gede sedikit, saya baru tahu kalau penampungan kucing seperti itu benar-benar ada. Tepatnya di Ragunan, namanya Pondok Pengayom Satwa. Nggak hanya kucing, tapi PPS juga merawat anjing liar sehingga siap diadopsi. Terpujilah seluruh donatur, relawan, dan semua yang terlibat di sana - semoga Allah menerima amal kalian.
[mudah-mudahan saya juga segera bisa membantu donasi ke PPS, amin. Harus!] :)
Eniwei, keinginan saya itu didasarkan karena saya paling nggak tega, kalau melihat kucing kampung. Apalagi kalau kurus, terus mengeong-ngeong menyayat hati. Lebih lagi kalau pincang, atau ada bekas disiram air panas. Bawaannya ingin ngelus, terus kasih makan.
Ngomong-ngomong, saya lebih suka kucing kampung dibandingkan kucing ras. Lebih bisa diajak main soalnya. Kucing saya yang terakhir, Si Bonteng, pun 1/2-nya kucing kampung.
Eh ini fotonya...
tuuuh... kampung banget kan? Apalagi kalau nggak keliatan gondrongnya.
Ah eniwei, saya bukan mau ngomongin Si Bonteng. Tapi kembali lagi ke soal kucing kampung...
Setelah dipikir-pikir lagi, alasan saya suka kucing kampung, bukan semata-mata karena nggak tega.
Tapi juga ada faktor... uhm, merasa senasib :)
Kucing kampung suka mengeong, tanpa diperhatikan orang-orang. Sementara kalau kucing ras, yang rata-rata pemalas dan pendiem ituuh.. pasti jadi perhatian. Artinya, bahkan terhadap kucing pun, manusia cenderung memilih yang berpenampilan lebih menarik. Teori selective attention.
Padahal kucing kampung sudah berusaha untuk diperhatikan. Mengeong, misalnya. Bergerak lebih lincah, misalnya. Tapi tetep aja, derajatnya masih di bawah kucing ras.
Sama kucing aja kita pilih-pilih tampang, apalagi sama manusia yaa?
BÉBÉ
11 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar